Aku Tidak Mampu Menyenangkan Semua Orang
Aku Tidak Mampu Menyenangkan Semua Orang |
Setiap orang memiliki harapan, preferensi dan ekspektasi yang berbeda. Tidak ada yang mampu menebak bahkan memenuhi semua itu. Pun tidak ada yang dapat memberikan kepuasan bagi setiap orang sepanjang waktu.
So do I...
Aku tidak punya kuasa apapun untuk dapat menyenangkan semua orang. Dan aku tidak dapat berjanji untuk selalu menjadi orang yang menyenangkan. Bahkan sepertinya pun aku kerap hampir tidak pernah mampu menjadi menyenangkan bagi siapapun. Bukan aku tidak berusaha. Tentu menyesuaikan dengan ekspektasi orang juga pernah menjadi tujuanku. Tapi kemudian aku merasa kehilangan diriku sendiri dan itu membuatku kewalahan.
Bukankah terlebih penting adalah menjadi diri sendiri tanpa mengenyampingkan ketulusan dan kesopanan tentunya. Dibandingkan upaya untuk memenuhi ekspektasi orang lain, pernahkah kita berusaha menempatkan diri di posisi tersebut? Alangkah lebih baiknya lagi jika kita dapat menyeimbangkannya. Menjadi menyenangkan bagi semua orang dengan keputusan yang kita ambil tanpa melupakan diri sendiri. Namun itu bukanlah hal yang mudah. Bahkan kita terkadang terpaksa mengambil keputusan yang memberatkan diri kita serta orang di sekitar demi untuk menjaga keintegritasan.
But we are only human...
Membuat kesalahan memang sudah lumrahnya manusia, terutama menjadi overthinking adalah salah satu kelebihanku wkwkwk. It sounds creepy. Dan jujur itu sangat teramat sangat melelahkan. Berulang kali aku disarankan oleh Profesional untuk belajar cuek. I've tried and it still fails. Sering kali aku menerka setiap kali ada yang berubah, apakah aku melakukan kesalahan? Apa mungkin aku telah salah berucap bahkan apakah caraku menanggapinya telah mengecewakannya? Dan masih banyak lainnya. Dan lagi-lagi itu membuatku kewalahan. Bertempur dan mengalahkan diri sendiri seolah aku harus keluar dari pusaran itu dan hanya cucuran anak sungai yang mengalir deras di pipiku yang membuatku terlelap dan membuatku terlupa sejenak dengan semua ke-strugle-anku.
Aku tidak memiliki kuasa untuk dapat mengendalikan perasaan serta pandangan orang lain. Meskipun aku terus berusaha untuk memperbaiki diri bahkan situasi, namun jika aku tidak ada lagi berada "di tempat" itu, aku tetap tidak akan pernah bisa berada disana. Keputusan yang telah aku ambil tentu telah aku terka dengan baik bahkan hal yang mungkin akan menyakitiku telah aku terima lagi. Namun lagi-lagi jika aku tidak memiliki kesempatan tentu aku tetap tidak dapat memperbaiki kembali. Memang sudah garis dunia bahwa akan selalu ada yang datang dan pergi tanpa perlu meminta. Aku dan bahkan kamu hanya mampu melambaikan tangan dan menerima kepergian yang tidak pernah ada pamitan. Faktanya memang itu yang sering terjadi. Dan itu kini tumbuh menjadi sebuah ketakutan bagiku. Takut akan terus melakukan kesalahan dan kembali kehilangan orang-orang yang pernah ada di hatiku. Jujur aku lelah dan trauma. Aku tidak pernah siap dengan itu.
Jujur aku tidak pernah menaruh dendam dengan siapapun dengan luka yang pernah aku dapat. Tentu Tuhan selalu memberi kesempatan bagi setiap hambaNya untuk memperbaiki diri dan menerima permohonan maaf dari hambaNya yang lemah. Lantas siapa aku yang membatasi manusia untuk memperbaiki diri?
Aku hanya mampu memohon kepada Yang Maha Membolak-balikkan hati untuk melindungiku dari kebencian dan kemarahan. Dan bagi siapapun yang pernah terluka karna sikap, bahasa bahkan tulisanku mohon hapuskanlah kemarahan dihatinya, limpahkanlah kembali hatinya dengan kelembutan serta ketenangan. Dan lindungan setiap tutur kataku yang kerap membuat orang terluka. Karna pada dasarnya aku tetap tidak akan pernah mampu mengobati dan menyenangkan semua orang.
Comments
Post a Comment