Apa Kabar Aku?
Selamat pagi...
Apa kabar? Kamu sehat? Kamu baik-baik saja?
Capek?
Jika saja aku boleh memeluk, aku ingin sekali memeluk dan dipeluk. Aku juga sangat lelah.
Permintaanku kepada Tuhan sudah terlalu serakah, sehingga aku hanya berdiam diri dan menengadah ke langit karena aku yakin suara hatiku lebih jelas didengar Tuhan daripada ucapanku yang terbata-bata.
Aaaah rasanya seperti orang bodoh yang hanya bisa berbicara disini. Hmmm atau lebih tepatnya cuma menulis uneg-unegku disini.
Aku boleh mengadu lelah tidak sih? Iya, tau. Tidak boleh kan?
Hari ini aku tidak ingin menulis apapun. Aku hanya ingin menyapa. Menyapa diriku sendiri juga kalian jika ada yang baca.
Kedengerannya menyedihkan karna tidak ada yang menanyakan kabarku, maksudku bukan perihal menyedihkan tentang itu. Aku merasa semakin aku tumbuh, aku harus terus membungkam mulutku. Apa yang membuatku kesal, apa yang membuatku gundah, jengkel, sedih, apa yang membuatku muak aku tidak bisa berterus terang. Rasanya itu justru akan menghancurkan diriku sendiri. Tapi seperti apa kabarku? Seperti apa kabarku jika aku terus menahan diri? Salahkah jika aku ingin ditanyakan apa kabar? Haruskah aku selalu menjawabnya dengan baik-baik saja? Apakah itu jawaban yang seharusnya?
"apa kabar?"
"baik"
I think its a big lie.
Aku yakin tidak ada yang baik-baik saja. Setiap kita pasti selalu menahan diri untuk tidak melakukan kesalahan. Menahan diri untuk tidak kelewatan. Menahan diri untuk tidak dianggap begini dan begitu. Menahan diri untuk selalu terlihat baik-baik saja. Ah aku semakin membenci tulisan ini. Tapi aku akan tetap meneruskannya. Hanya kepada diri sendiri aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Ya... tidak ada hal yang dapat diambil dari ketikan ini. Ini hanya gerakan jariku yang tidak dapat berhenti.
Bahkan menurutku bersosialisasi cukup melelahkan. Terkadang aku tidak ingin menjawab pertanyaan yang tidak ingin aku jawab. Terkadang aku bahkan tidak ingin muncul di manapun. Menyendiri memang keahlianku. Tapi akankah aku terus seperti itu? Akankah aku diterima jika aku terus begitu?
Aku yakin, Tuhan memilihku untuk ini semua karna aku kuat menurutNya. Bukankah begitu?
Karna hal itulah bolehkah aku bertanya pada diriku sendiri "Apa kabar?" aku akan menjawabnya dengan sebenarnya. Itu cukup melegakan. Anehkah?
Dan apa kabar kamu yang mampir di tulisan ini? Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu baik-baik saja? Maukah kamu bercerita? Maukah kamu berbagi denganku? Aku akan berusaha menjadi telinga yang baik.
Akhir-akhir ini aku muak sekali mendengar "ada yang lebih menderita dari kamu" "ada yang lebih sakit dari kamu". HAHA bahkan aku tidak pernah mengatakan akulah yang paling menderita, aku tau ceritaku hanyalah upilan. Dan aku juga tidak ingin dianggap bahwa akulah yang paling menderita. Tapi salahkah jika aku sedikit saja ingin mengadu lelah? Aku harus semenderita apa agar aku boleh mengatakan aku lelah? Aku harus sesakit apa agar aku bisa mengaduh?
Aku tau dengan sangat, kadar sedih dan senangnya seseorang itu pasti berbeda. Sangat berbeda.
Ntah apa tujuanku menulis hal seperti ini. Maaf aku tidak bisa menjadi sempurna. Maaf aku tidak bisa untuk tidak menangis. Maaf aku tidak sekuat yang diharapkan. Maaf aku selalu mengeluh dan mengaduh.
Beginilah kabarku. Aku tidak selalu baik-baik saja. Maaf terkadang aku tidak dapat menahan diri untuk selalu terlihat baik-baik saja. Aku masih manusia ciptaan Tuhan dengan segala emosi sebagai anugrahnya. Jika aku terlalu baik, mungkin wujudku bukan manusia. Tapi nyatanya aku masih manusia. Atau ada sesuatu yang lain dari pantulanku? Who knows?
Maaf banget tulisan kali ini memuakkan. Tapi boleh 'kan aku mencoret kertasku sendiri.
Jadi, sekali lagi aku ingin bertanya, "aku apa kabar?" dan "kalian apa kabar?".
Comments
Post a Comment