Maaf Aku Pernah Oversharing

Maaf Aku Pernah Oversharing
Maaf Aku Pernah Oversharing


Maaf aku sering oversharing

Disaat aku ingin membungkam segalanya, tapi disaat yang sama aku juga ingin di dengar.

Aku pernah dengar, saat kita mengeluh sakit kepada ibu meskipun itu tidak terlalu sakit, kita terus merengek pada ibu hingga berteriak kesakitan. Lalu, sakitnya berkurang setelah ibu memeriksanya. Pasti kita semua pernah mengalaminya. Hanya karena ibu tahu kita sakit, jadi sakit itu menjadi tidak terlalu sakit. Bukankah begitu? Bagiku itu terasa demikian, seolah bebanku sedikit berkurang ketika aku mengeluhkan tentang itu. Aku tau itu kebiasaan yang tidak sehat (bagiku). Seharusnya aku tidak pernah mengungkapkan apa yang aku rasa. Karena hanya akan menambah beban bagi orang lain dan juga menganggu pikiranku, karena aku akan menyesal setelahnya. Aku hanya merasakan seperti itu. 

Menjadi sangat menyesal bagiku ketika tanpa sadar aku pernah melakukan itu, bahkan kerap. Tapi tidak bisa aku pungkiri aku merasa lumayan lega ketika aku sudah meluapkan sedikit isi pikiranku. Jadi bolehkan aku sedikit merengek? Bolehkah aku sedikit bercerita?

Bisakah aku mempercayakan itu? Bisakah untuk tidak menghakimi aku dengan semua hal yang pernah aku cerita?

Sejujurnya aku tidak ingin melakukannya. Aku tidak ingin bercerita apapun tentang hal yang mengganggu  pikiranku. Tapi seolah aku terus dikejar sesuatu dan akan menerkamku sewaktu-waktu. Sehingga tanpa sadar aku memuntahkan apa yang seharusnya tidak aku muntahkan. Maafkan atas kecerobohanku. 
photo by Devi 💜

Bukan sedikit yang aku terima. Terkadang aku sangat menyesali itu dan terus menghukum diri kenapa aku melakukannya. 

Hingga aku berfikir, DONT EVER TELL YOUR FEELING, BIL. Sama sekali tidak boleh. 

Tapi siapalah aku, setiap pagi aku harus bergelut untuk tidak menangis. Bergelut dengan diriku sendiri. Bergelut untuk bisa menang melawan diri sendiri. Jujur itu sangat melelahkan, dan aku LELAH. 

Maafkan aku. 

Maafkan aku yang sering oversharing

Comments

Popular Posts