Bolehkah Aku Bermimpi?

Aku harus memulai dari mana?

Maaf sebelumnya. Tapi tulisan ini akan sangat random. Tapi whateverlah ini my brain trash. Aku tidak tau mungkin sebutan itu akan aku sematkan di kepalaku bak ninja dari desa itu. Entah itu sebutan yang layak ataupun tidak. Whatever!



Hmm...

Harapan...
Ekspektasi...
Angan-angan....
Impian...

Tanpa batas kita bebas menggantungnya tanpa limit. Berharap suatu saat nanti kita dapat meraihnya, menjadikannya seperti apa yang kita inginkan. Tanpa takut, tanpa gentar kita menggantung asa tidak hanya di langit-langit kamar. Diam-diam mimpi itu menjadi lebih tinggi lagi, di ketinggian yang tidak berbatas. Terlebih menjelang tidur bukan? Kita dengan rakusnya membiarkannya berselancar bebas. 

Tapi di lain sudut aku melihat mimpi itu bukanlah sesuatu yang harus luar biasa. Maksudku harapan yang kita tanam terlebih terhadap "seseorang" bisa saja itu hal yang sangat sangat sederhana. Sebagai contoh kita berharap untuk disapa oleh orang yang kita maksud, but in fact orang tersebut hanya berlalu melewati dan meninggalkan kita dengan harapan "sederhana" kita tadi. Krak! Hati mulai retak walau hanya sedikit. Tapi itu hanya hal yang sederhana dari harapan yang kita buat bukan? Bayangkan saja harapan itu akan terus tumbuh, terus tumbuh, terus tumbuh. Terlebih jika satu dua harapan itu pernah menjadi kenyataan kemudian dengan liarnya harapan itu kembali menggerogoti imajinasi. What Bil??

Aku hanya berfikir, kadang kita hanya mengandalkan "keserbatahuan" kita untuk mengobservasi orang ataupun lingkungan, kemudian kita dengan egois menyimpulkannya sesuai "keserbatahuan" kita tadi. Tanpa sadar kita menanam kesimpulan itu sesuai harapan-harapan kecil yang kita pupuk kemudian tumbuh menjadi hal yang memang sungguh sangat diluar kuasa kita. Come on, memangnya bisakah kita menerka setiap hal persis sama seperti apa yang digambarkan oleh apa yang kita observasi? Hmm lagi-lagi membingungkan. Maksudku, di dunia yang penuh dengan media yang bisa memamerkan apa saja yang si pengguna inginkan, bukan tidak mungkin kita mulai menyimpulkan kehidupan, kepribadian bahkan apa saja yang bisa menambah "keserbatahuan" kita. Tapi bukankah penilaian seperti itu bersifat egois? Bukankah setiap orang bebas membentuk karakter apa saja yang diinginkan untuk "memamerkan" seperti apa dia pada media tersebut? Dan lagi-lagi kita termakan dengan dunia maya itu -____-

Semakin besar harapan yang kita tanam (khususnya manusia) semakin besar pula peluang kita memperoleh kecewa. Dan aku kira ada baiknya kita tidak terlalu besar menaruh harapan pada manusia, karena bisa saja itu berbalik menyiksa kita. Aku tidak ingin terlalu fokus pada bahasan ini, takutnya bahasan ini membuatku meleleh T_T . Tapi kalo ingin dibahas, kita bisa bertemu di another link yes.

|
|
|

Sekian dulu deh ya, pala w sakit banget. Bye.
Mohon maaf kalo tulisannya kurang berkenan.
Napa dah  lu Bil?

Comments

Popular Posts